Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sekilas Tentang Konflik Rusia versus Ukraina

Banten, Perssigap88.co.id - Tanggal 30 Desember 1922 lampau berdirilah Negara Federasi Sosialis Uni Soviet atau USSR (Union of Soviet Socialist Republics) yang terdiri dari 15 Negara Federasi : Rusia, Latvia , Lithuania, Georgia, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan, Azerbaiyan, Chechnya, Ukraina, dan yg lainnya. Sosialis ya berarti menganut paham Komunis sebagaimana Tiongkok, Korea Utara dan Kuba.


Tahun 1991 Uni Soviet porak poranda pada masa pemerintahan Gorbachev. Boris Yeltsin pun tidak mampu menyelamatkan Negara Federasi Uni Soviet itu. Sebagian memisahkan diri menjadi Negara Merdeka. Sebagiannya lagi tetap "setia bersama" dengan membentuk Negara Federasi Rusia. 

Vadimir Putin, Presiden Rusia saat ini, berkeyakinan bahwa runtuhnya USSR dulu itu akibat ulah Amerika Serikat (AS) dan Sekutunya di Eropa Barat. Keyakinan Putin tentang upaya "pengucilan" dan "pengkerdilan" USSR juga berlanjut terhadap Negara Federasi Rusia --- yakni saat Latvia dan Lithuania (dua Negara pecahan dari Uni Soviet) pada tahun 2008 bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). 

Kegusaran Putin terus berlanjut saat mengetahui bahwa Georgia dan Ukraina (dua Negara yg juga pecahan dari Uni Soviet) yg berbatasan langsung dengan Rusia itu belakangan juga "diundang" untuk menjadi Anggota NATO..

Kekecewaan Putin kepada AS dan Sekutunya terus menggumpal yakni saat Presiden Ukraina Viktor Yanukovich dilengserkan oleh massa demonstrasi besar-besaran gara-gara Viktor memutuskan hubungan kerjasama dengan Uni Eropa dan karena Viktor dianggap sebagai "kaki tangan" Rusia (2014). 

Serangan Rusia ke Ukraina didasari oleh dalih Putin sebagai "pencegahan dan pembelaan diri" dari kemungkinan gangguan kedaulatan Negara Rusia oleh AS dan Sekutunya. 

Namun sejatinya, serangan Rusia ke Ukraina itu didasari kepentingan untuk "mencaplok atau mengambil alih" (aneksasi) tiga Republik yang kini  menjadi bagian dari Negara Ukraina : Republik Donetsk, Republik Luhansk dan Republik Crimea. Di pihak lain, Presiden Ukraina, Vladomor Zelensky, menganggap bahwa Tokoh-tokoh Donetsk dan Luhansk sebagai kelompok separatis --- dan menilai bahwa Referendum yang dilakukan di Crimea sebagai "tindakan yg tidak sah dan hanya diakui oleh Negara Rusia" (menurut versi Rusia Referendum itu diikuti oleh 83% Warga Crimea dan sebanyak 97,6% menyatakan SETUJU Crimea untuk bergabung dengan Rusia --- bukan dengan Ukraina lagi).

Begitulah, konflik di Dunia ini selalu berlatarbelakang dua sebab utama : perebutan kekuasaan dan perebutan sumberdaya ekonomi. Demikian juga yang terjadi dalam konflik Rusia versus Ukraina.

Kini Zelensky mulai "melunak" : bersedia duduk bersama dengan Rusia dan memahami keberadaan tiga Republik itu dengan catatan : "Warga di sana harus dipastikan akan hidup  lebih baik dan diberikan opsi untuk tetap berada di tempat tinggal mereka sekarang. Atau pindah ke wilayah Ukraina."

Kapan serangan-serangan Rusia ke Ukraina akan berakhir? Secara teori hanya karena dua sebab : Ukraina "menyerahkan" tiga Republik itu kepada Rusia "dengan sebenarnya" dan saat Putin meyakini bahwa AS dan Sekutunya telah "memberi sinyal yang sangat kuat" untuk tidak "mengganggu" Rusia --- antara lain tidak "mensponsori" para "Pengganggu Rusia" yg berbasis di Ukraina dan pihak NATO tidak lagi "bersemangat" mengajak negara-negara bekas pecahan Uni Soviet, utamanya Negara Georgia dan Ukraina. 

Apapun yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina adalah tindakan yang salah menurut Hukum Internasional. Namun lagi-lagi PBB (UNO) seperti "tidak bertaring" saat menghadapi Rusia (sebagai pemilik Hak Veto di PBB). AS dan Sekutunya pun hanya "cari selamat sendiri" --- "hanya" sebatas berani melakukan Embargo Ekonomi terhadap Rusia. AS dan Sekutunya tidak berani melakukan tindakan militer sebagaimana telah pernah mereka lakukan di Afghanistan, Irak, Libya dan Suriah. 

Begitulah, juga, Amerika Serikat dan Sekutunya selalu saja menerapkan "standar ganda" --- betul-betul hanya bersikap sangat pragmatis : mampu menguasai minyak dan atau sumberdaya ekonomi lainnya dari negara-negara yang mereka "bantu" sembari berdagang senjata dan pesawat militer (dibayar tunai atau dengan cara barter).

Terlihat ada sebagian dunia Islam yg cenderung "membela" Rusia. Mungkin hanya berdasar atas dua alasan yg bersifat psikologis : karena Rusia telah "berbuat baik" terhadap Negara Chechnya (republik berpenduduk mayoritas Muslim) dan, bisa jadi, karena Vladomor Zelensky, secara kebetulan, adalah seorang Yahudi. 

(H. AKHMAD JAJULI, Anggota Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Dewan Pimpinan MUI Provinsi Banten, Periode 2021 - 2026; Publikasi Media Sosial FaceBook, 12 Maret 2022).


Redaksi


Wastap Redaksi : 085231450077


 

Posting Komentar untuk "Sekilas Tentang Konflik Rusia versus Ukraina"

"Saya Tegaskan Untuk Rakyat yang Tidak Mendapatkan Bantuan Harap Melapor..! "
Carok Di Sampang Satu Orang Luka Parah Satu Orang Mati
Saudara Sepupu Di Banyuates Melakukan Sumpah Pocong Gara-Gara Tuduhan Santet